Home » » Santri Hidayatullah Kegiatan Cuci Tangan

Santri Hidayatullah Kegiatan Cuci Tangan

Written By Unknown on 22 Nov 2013 | 16.07

PENTINGNYA MENCUCI TANGAN

DEFINISI:
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.
Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata kiasan. Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi.


MANFAAT CUCI TANGAN ( Pengaruh positif Mencuci Tangan)
Pentingnya mencuci tangan untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit. Sebaiknya mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan kepada anak yang masih kecil, karena salah satu penyakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah diare, yang dapat dicegah dengan mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Karena seperti yang kita ketahui, sepanjang hari kita akan banyak melakukan kontak langsung dengan orang-orang, permukaan benda yang terkontaminasi, makanan, bahkan binatang dan kotoran binatang . Hal itu tentunya akan menyebabkan menumpuknya bibit penyakit pada tangan khususnya telapak tangan. Maka dari itu juga kita tidak mencuci tangan cukup sering, maka kita dapat tertular berbagai penyakit lewat sentuhan ( misalnya : tanpa sadar kita menyantuh mata, hudung,mulut dengan telapak tangan. Hal itu tentunya akan mengakibatkan kuman-kuman dan bakteri-bakteri yang melekat pada telapak tangan akan berpindah ke mata, mulut atau hidung dan tentunya akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Tanpa kita sadari , kita juga dapat menyebarkan penyakit ke orang lain lewat sentuhan langsung atau lewat media permukaan benda yang mereka sentuh.

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun
  1. Diare. Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%) [12]
  2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 persen.
  3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit, . Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.

MACAM-MACAM CARA MENCUCI TANGAN
Mencuci tangan dengan air
Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut.
Mencuci tangan dengan air panas
Walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, namun pendapat ini tidak disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana manusia dapat menahan panas air tidak efektif untuk membunuh kuman. Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa air panas dapat membersihkan kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia, namun pendapat populer ini sebenarnya tidak terbukti, air panas tidak membunuh mikro organisme. Temperatur yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 derajat celsius, dan temperatur ini tidak cukup panas untuk membunuh mikro organisme apapun. Namun temperatur yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100 derajat celsius) memang dapat membunuh kuman. Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana air keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya tidak signifikan.
Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal di antaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan mereka pada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjem. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap antibiotik.
Mencuci tangan dengan cairan
Pada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah, praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun.
Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga cairan pembersih tangan non alkohol. Namun apabila tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan lebih disarankan karena cairan pencuci tangan baik yang berbahan dasar alkohol maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman cairan ini tidak membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.
Dalam perdebatan yang mana perilaku yang lebih efektif di antara menggunakan cairan pembersih tangan atau mencuci tangan dengan sabun, Wallace Kelly, Infection Control R.N. (Paramedik untuk Pengendalian Infeksi) berpendapat bahwa keduanya efektif dalam membersihkan bakteria-bakteria tertentu. Namun cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak efektif dalam membunuh bakteria yang lain seperti e-coli dan salmonela. Karena alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan mencuci tangan dengan sabun spora-spora tersebut terbasuh dari tangan. Menurutnya metode terbaik adalah menentukan saat keadaan tidak memungkinkan untuk mengakses air dan sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik daripada tidak menggunakan apapun.
Cairan pembunuh kuman yang berbahan dasar alkohol tidak efektif untuk mematikan materi organik, dan virus-virus tertentu seperti norovirus, spora-spora bakteria tertentu, dan protozoa tertentu. Untuk membersihkan mikro organisme - mikro organisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.
Mencuci tangan dengan tisu basah
Tisu basah diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan, tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan rumah tangga laiinya. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular) di Amerika serikat sebayak 76 juta dari 300 juta orang yang tinggal di AS sakit setiap tahunnya karena penyakit yang dibawa bersamaan dengan masuknya makanan. Sebanyak 300.000 masuk rumah sakit dan dan setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia karena penyakit dibawa bersamaan dengan masuknya makanan.
Tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci tangan dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti bakteri, ataupun minyak almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa kering. Namun menurut dr. Handrawan tisu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya mengembalikan kuman bolak-balik di tangan .
Dalam beberapa kasus khusus, sebuah perusahaan di AS mengeluarkan tisu basah yang berlabel Rediwipes yang menyatakan dapat membunuh 99.9 persen bakteri yang terdapat dirumah termasuk bakteri Salmonella dan E. coli. Tisu ini dianjurkan untuk digunakan dalam membersihkan tangan dan peralatan dapur lainnya sebelum masak agar mencegah kontaminasi bakteri silang antara tangan, bahan masakan, dan peralatan dapur sehingga tidak menyebar.
2.4. CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR
   Ø   Mencuci tangan umumnya dilakukan :
·         saat sebelum makan,
·          sebelum menyiapkan makanan,
·         setelah memegang daging mentah,
·         sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
·         sesudah menggunakan kamar mandi,
·          setelah batuk atau bersin atau membuang ingus,
·         setelah mengganti popok atau pembalut,
·          sebelum dan setelah mengobati luka,
·          setelah membersihkan atau membuang sampah,
·          setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan,
·         dll.

    Ø  Perawat mencuci tangan apabila:
ü  sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
ü  setelah kontak dengan segala benda-benda yang terkontaminasi
ü  sebelum dan sesudah memberikan asuhan keperawatan
ü  sebelum istirahat, minum, makan atau setelah dinas
ü  sebelum menyiapkan dan memberikan obat
ü  sebelum bersentuhan dengan alat-alat steril

    Ø  Pasien mencuci tangan apabila
v  sebelum makan
v  setelah BAB/BAK
v  setelah tangan berhubungan dengan bagian-bagia yang terinfeksi

   Ø  Tenaga Kesehatan mencuci tangan apabila
*      sebelum dan sesudah menyentuh pasien
*      setelah menyentuh alat-alat yang digunakan oleh pasien
*      sebelum menggunakan benda/ alat steril
   Ø  Pengunjung mencuci tangan apabila
·         setelah meyentuh pasien yang terinfeksi
·         setelah menyentuh alat-alat atau barang yang terkontaminasi
·         sebelum memberikan pasien makan
Walaupun banyak yang meremahkan dan mengganggap kebiasaan cuci angan itu tidak penting, mulailah dari sekarang membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan dengan baik dan benar agar hidup Anda dan keluarga dapat lebih sehat.
Cara mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir.
o   Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
o   Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun mengandung antiseptik.
o    Gosokkan kedua telapak tangan.
o   Gosokkan sampai ke ujung jari.
o   Telapak tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
o   Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
o   Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
o    Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
o   Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
o    Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
o   Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunkan kran, tutup kran dengan tissue.
 Mencuci Tangan yang Baik
Mengeringkan dengan tissue lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan mesin pengering tangan yang umum ada di mal. Karena mesin pengering tangan yang dipakai secara umum menampung banyak bakteri yang dapat menularkan ke orang lain.

                                  BUDAYA CUCI TANGAN DIBERBAGAI TEMPAT 
Mengingat betapa mudahnya bagi kita ketika melaksanakan cuci tangan baik di lingkungan sekitar kita, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk selalu membiasakan bahkan pada akhirnya kita harus bisa membudayakan cuci tangan ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Proses membudayakan cuci tangan ini bisa kita mulai dari lingkungan kita yang mulai kecil yaitu rumah.
Rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga kita juga bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman-kuman yang berasal dari anggota keluarga lainnya. Kita tidak bisa menjamin 100 % bahwa anggota keluarga kita bersih dari yang namanya bakteri atau kuman. Karena anggota keluarga kita barangkali mempunyai aktivitas di luar yang bisa saja bersinggungan dengan lingkungan penuh bakteri atau kuman. Oleh karena itu, ketika pertama kali ketika akan masuk rumah, sebagai orang yang paham akan kebersihan dan kesehatan badan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan kedua tangan kita. Jika perlu, ajaklah seluruh anggota keluarga lainnya membersihkan kedua tangan ketika akan masuk rumah. Dengan demikian, rumah yang kita tempati akan selalu bersih dan nyaman untuk ditempati.
Setelah membudayakan budaya cuci tangan di rumah, langkah selanjutnya adalah bagaimana cara membudayakan cuci tangan kita di lingkungan kerja. Secara prinsip hampir sama ketika berada di lingkungan kerja manapun.  Tangan harus dicuci bersih dengan sabun dan air bersih (atau bisa dengan handrub antiseptik jika tersedia). Jika dalam keadaan yang mengaharuskan mengambil sesuatu yang kotor dan berpotensi mengandung kuman yang banyak, maka gunakanlah sarung tangan yang tidak mudah sobek dan tidak bisa menyerap cairan. 
Salah satu lingkungan yang biasanya berpotensi sebagai tempat berkumpulnya kuman dan bakteri dan rentan akan penularan bagi siapapun adalah rumah sakit. Karena di lingkungan rumah sakit notabenenya adalah tempat dimana orang-orang penuh dengan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan kuman-kuman lainnya. Sehingga keadaan tersebut rawan akan penularan penyakit baik kepada para perawat, dokter, tenaga medis bahkan kepada pengunjung yang menjenguk saudaranya. Langkah yang perlu dilakukan untuk menghindari penularan tersebut bisa melalui mencuci tangan. Khusus di rumah sakit, mencuci tangan perlu dilakukan ketika bersentuhan langsung dengan pasien. Misalnya ketiga memegang, menyentuh atau sekedar menyalami pasien.
Pada saat tindakan medis, bagi tenaga medis seperti dokter dan perawat maka mengenakan sarung tangan adalah wajib. Tindakan medis ini bisa saat operasi, atau sekedar melakukan prosedur rutin. Mengenai penggunaan sarung tangan, hal ini perlu dilakukan oleh para tenaga medis ketika pelaksaan atau prosedur rutin pemeriksaan. Cuci tangan juga harus dilakukan saat sebelum dan sesudah menyiapkan sampai mengonsumsi makanan. Hal-hal lain yang mengharuskan kita mencuci tangan saat berada di rumah sakit adalah saat dalam keadaan memegang instrumen kotor, menyentuh membran mukosa (darah, cairan tubuh seperti sekresi, ekskresi), melakukan kontak yang intensif lama dengan pasien. Dan bagi tenaga medis, saat melakukan pemeriksaan tekanan darah atau memeriksa tanda-tanda vital pasien.
Proses membudayakan di berbagai lingkungan tidak lengkap jika tidak disertai dengan teknik mencuci tangan yang benar. Teknik ini memang tidak menjamin seratus persen kuman akan hilang. Akan tetapi, setidaknya dengan mencuci tangan dengan mematuhi pedoman ini sebagian kuman atau bakteri yang hinggap di tangan kita akan hilang. Pertama, awalilah dengan membasahi tangan terlebih dahulu. Kedua, jika tersedia sabun, maka oleskanlah (tidak usah menggunakan antiseptik). Ketiga, mulailah menggosok dengan teliti dan benar pada semua bagian tangan selama 15-20 detik. Perhatikan dengan teliti daerah di bawah jari kuku dan di selal-sela kaki. Terakhir, keringkanlah tangan dengan handuk kertas dan gunakan handuk tersebut untuk mematikan air.
Mengingat betapa mudahnya pelaksanaan cuci tangan ini jika dilihat dari caranya maupun bahanyya yang digunakan, maka proses membudayakan cuci tangan sebaiknya harus dimulai dari sekarang tanpa ditunda-tunda. Jika anda menunda,maka kuman-kuman yang berada di telapak tangan akan hidup "nyaman" di sana dan pada akhirnya jika kita tidak berhati-hati ketika melakukan aktivitas misalnya mengkonsumsi makanan, maka tunggu saja penyakit akan datang menghampiri kita. Mari membudayakan cuci tangan dari sekarang.
                         PERANAN PERAWAT DALAM BUDAYA CUCI TANGAN
Indikator yang pertama menyatakan bahwa pada tahun 2010 nanti diharapkan penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat. Perawat dapat menciptakan lingkungan yang sehat dengan cara mempromosikan perilaku sehat seperti mencuci tangan sebelum beraktifitas, senantiasa menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya.
Selain itu perawat di puskesmas juga dapat secara proaktif dalam mengadakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di wilayahnya terkait masalah kesehatan aktual yang dapat menyebar dengan cepat seperti flu burung dan demam berdarah. Diharapkan setelah dilakukan hal-hal tersebut, indikator yang kedua akan terpenuhi yaitu masyarakat memiliki perilaku sehat yang pada akhirnya membentuk lingkungan yang sehat pula.
Tahun 2010 nanti juga diharapkan penduduk Indonesia tidak lagi menemukan hambatan yang berarti dalam menjangkau pelayanan kesehatan baik itu dalam hal ekonomi atau biaya maupun yang bersifat non-ekonomi seperti jarak pelayanan kesehatan yang semakin dekat sehingga memudahkan klien yang membutuhkannya.
Dalam hal ini perawat dapat menggunakan metode kunjungan ke rumah-rumah klien yang membutuhkan pelayanan kesehatan ataupun dengan menggunakan kemajuan teknologi untuk mempermudah komunikasi seperti pesawat telepon maupun video conference yang memang belum begitu berkembang di Indonesia. Selain itu, perawat juga harus menambah pengetahuannya dengan terus menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi guna meningkatkan kualitas pelayanannya.
Perilaku sehat dan lingkungan yang sehat serta ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang memadai dan kemampuan klien untuk mendapatkan pelayanan, akan membuat derajat kesehatan juga meningkat.
Kondisi di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi para perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran-peran yang telah penulis sebutkan di paragraf sebelumnya. Namun perlu diakui bahwa untuk mencapai indikator Indonesia yang sehat di tahun 2010 nanti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi kita dihadapkan dengan beberapa masalah internal di dalam tubuh profesi perawat itu sendiri.
Menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan ialah tentang standar pendidikan perawat yang sangat variatif yang menyebabkan kualitas lulusan perawat sangatlah beragam di setiap daerahnya sehingga cukup sulit untuk menetapkan standar kompetensi di tingkat nasional, adapun masalah yang sebenarnya sangat penting namun mulai mendapatkan respon negatif di dalam tubuh profesi ini adalah tentang belum tersedianya sebuah Undang-undang Keperawatan sebagai payung hukum untuk melindungi para perawat supaya seluruh asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat menjadi legal dan tidak rancu dengan tindakan dari profesi kesehatan lainnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas profesi perawat.


                       SARAN UNTUK PERUBAHAN KE ARAH YANG LEBIH BAIK
Menjaga  kesehatan tidak cukup sekedar memilah asupan yang masuk ke perut, tapi juga membiasakan diri menjaga kebersihan tangan untuk mencegah masuknya bibit penyakit.
Kebersihan dan kesehatan, keduanya memang memiliki peran yang saling berpengaruh sekaligus melengkapi satu sama lain. Dengan menerapkan perilaku bersih, maka kesehatan pun menjadi efek positif yang dihasilkan.
Pasalnya, masyarakat kerap melupakan sebuah langkah penting yang menjadi tulang punggung dari perilaku hidup bersih, yakni cuci tangan pakai sabun (CTPS). Sangat disadari, dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kebiasaan ini masih sangat minim dilakukan.
Berdasarkan data dari Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2010 menunjukkan, persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dengan kategori baik secara rata-rata nasional hanya 3,7 persen. Sedangkan persentase penduduk yang berperilaku benar dalam CTPS secara rata-rata nasional hanya 24,5 persen.
Hal ini tentu sangat disayangkan apalagi mengingat tangan menjadi gerbang potensial masuknya kotoran ke tubuh seseorang.
 Mengingat krusialnya masalah tersebut, hal yang dilakukan agar masyarakat memahami betapa pentingnya mencuci tangan yaitu  mengampanyekan perilaku hidup bersih sehat. misalnya melakukan suatu gerakan cuci tangan pakai sabun. Dalam program gerakan tersebut dapat disampaikan tentang materi edukasi pembentukan kebiasaan sehat sejak dini yang dilakukan, yakni cuci tangan sebelum makan, menggunakan hand sanitizer untuk membunuh kuman di tangan sebelum makan di saat tidak ada air mengalir dan sabun, serta ajakan untuk menjaga kebersihan agar kebiasaan sehat tertanam sejak dini.
Harapan kita adalah “jadikan mencuci tangan sebagai kebiasaan rutin”  dengan demikian kita harus menyadari betapa pentingnya mencuci tangan. Pemerintah juga harus lebih giat dalam  mempromosikan cuci tangan pakai sabun sehingga tubuh kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun. Pemerintah juga harus sering melakukan promisi kesehatan   di  daerah- daerah yang dapat dilakukan di tempat-tempat umum terbuka yang dapat dengan mudah dijangkau masyarakat terutama anak sekolah. Lapangan kabupaten/ kota, lapangan disekitar lingkungan sekolah.




















0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2015. Debi Suklisno - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger